BANGSA MONGOL
Invasi bangsa Mongol atas Dunia Islam
Abstrak
Periode awal abad ke-7 menyimpan maknanya sendiri untuk dunia
Islam. Setelah enam abad ekspansi dengan berbagai dinamiknya, tanah muslim,
dengan Dinasti Abbasiyyah sebagai symbol memasuki abad ke-7 seperti tubuh
terserang virus flu berat. Sementara kondisinya tidak baik, diserang secara
terus menerus oleh pihak luar, di mulai dengan Perang salib dan di lanjutkan
dengan serangan dari Mongol. Dengan kondisi tubuh yang lemah akhirnyapun roboh,
tidak sadarkan diri untuk beberapa saat sebelum bisa kembali. Pukulan yang
paling parah menimpa kaum Muslimin adalah serangan yang diluncurkan oleh para
Mongol. Dalam waktu yang relatif singkat, hampir semua Negara Muslim di kuasai
dan di perintah oleh Mongol. Makalah ini akan memeriksa kehidupan Mongol,
alasan untuk menyerang Negara-negara Muslim, faktor-faktor yang menyebabkan
kekalahan kaum Muslimin, dampak serangan terhadap kehidupan beragam dan kegiatan
dakwah dan beberapa analisis tentang peristiwa tersebut.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah
agama yang turun dari Allah SWT di daerah Arab. Yang dibawa oleh Nabi Muhammad
SAW. Islam muncul pada awal abad ke 7. Islam mulai berkembang di Mekah.
Selanjutnya Islam mengalami perkembangan dengan perluasan wilayah ke Madinah.
Disanalah dibentuk semacam pemerintahan yang berdasarkan konstitusi yang
disebut piagam Madinah. Islam bukanlah
sekedar agama yang membawa nilai-nilai religius. Tapi Islam juga membawa sebuah
peradaban. Dimulai dari masa Rasulullah kemudian dilanjutkan pada masa
kepemimpinan Kulafaur Rasyidin. Saat itulah Islam mulai memberi pengaruh kepada
dunia, karena para khalifah sudah melakukan perluasan wilayah keluar daerah
Arab. Setelah masa Kulafaur Rasyidin muncullah daulah Bani Umayyah dan
Abbasiyah. Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat saat
kepemimpinan Bani Abbasiyah. Sehigga peradaban Islam memberi pengaruh yang
besar ke pada dunia saat itu. Pada saat itu para Khalifah melakukan ekspansi
besar-besaran ke daerah Asia, Afrika sampai Eropa. Para sejarawan menyebut saat
itu dengan “The Golden Age”. Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat
di berbagai bidang peradaban, ilmu pengetahuan, politik dan pemerintahan, sains
dan teknologi. Tapi pada masa dinasti
abbasiyyah mengalami kemunduan dengan diserangnya oleh bangsa monggol, dan pada
saat itu muncullah dinasti ilkhan. Maka dengan adanya makalah ini kami akan
membahas tentang penyerangan bangsa monggol terhadap dinasti abbasiyah dan
dinasti ikhan.
B. Rumusan Masalah
Dari permasalahan dalam latar belakang, maka
kami rumuskan rumusan masalah dalam makalah ini, diantaranya:
1. Apa Faktor ekspansi bangsa mongol ?
2. Bagaimanakah runtuhnya Dinasti Abbasiyah?
3.
Bagaimana berkembangnya Dinasti Ilkhan ?
C.
Tujuan
Adapun
tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah SPI,
di samping itu agar kita dapat mengetahui:
1.
Untuk mengetahui faktor ekspansi bangsa
mongol
2.
Untuk mengetahui runtuhnya dinasti
Abbasiyah
3.
Mengetahui perkembangan dinasti ilkhan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Runtuhnya Bani
Abbasiyah ( nurul afifah )
Sejak awal pemerintahan Harun Al-Rasyid ( 786-809 ) problem suksesi
menjadi sangat kritis. Harun telah mewasiatkan tahta kekhilafahan kepada putra
tertuanya, Al-Amin dan kepada putra yang lebih muda bernama Al-Ma’mun, seorang
gubernur khurasan dan orang yang berhak menjabat tahta khilafah setelah sepeninggalan
kakaknya. Setelah kematian Harun, Al-Amin berusaha mengkhianati hak adiknya dan
menunjuk anak laki-lakinya sebagai penggantinya kelak. Akibatnya perang sipil.
Al-Amin didukung oleh militer Abbasiyah di Baghdad, sementara Al-Ma’mun harus
berjuang untuk memerdekakan Khurasan dalam rangka untuk mendapatkan dukungan
dari pasukan perang Khurasan. Al-Ma’mun berhasil mengalahkan saudara tuanya,
Al-Amin dan mengklain khilafah pada tahun 813, namun peperangan sengit tersebut
tidak hanya melemahkan kekuatan militer Abbasiyah melainkan juga melemahkan
warga Irak dan sejumlah provinsi[1]
Pada masa ke khalifahan al-Ma’mun ( 198-218H/813-833 M ) juga
terjadi disintegrasi yang menyebabkan munculnya Daulah Thahiriyah, yang
didirikan oleh Thahir, dia adalah mantan gubernur Khurasan dan menjadi jendral
militer Abbasiyah yang diangkat karena membantu merebut kekuasaan Al-Amin.
Al-Ma’mun telah memberikan jabatan kepada Thahir dan berjanji jabatan-jabatan
tersebut dapat di wariskan kepada keturunannya.[2]
Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M ke
tangan bangsa mongol bukan saja mengakhiri khilafah abbasiyah di sana, tetapi
juga merupakan awal masa kemunduran politik dan peradaban islam, karena Baghdad
sebagai pusat kebudayaan dan peradaban islam yang sangat kaya dengan khazanah
ilmu pengetahuan ikut pula lenyap
dibumihanguskan oleh pasukan mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan. Bangsa mongol berasal dari daerah pegunungan Mongolia, yang
membentang dari Asia Tengah sampai Siberia Utara,Tibet Selatan, dan Mancuria
Barat serta Turkistan Timur. Nenek moyang mereka bernama Alanja Khan, yang
mempunya dua putra kembar, Tatar dan Mongol. Kedua putra itu dilahirkan dua
suku bangsa besar, Mongol dan Tartar. Mongol mempunyai anak bernama Ilkhan ,
yang melahirkan keturunan pemimpin bangsa mongol di kemudia hari.[3]
Dalam rentang waktu yang sangat panjang, kehidupan bangsa Mongol
tetap sederhana. Mereka mendirikan kemah-kemah dan berpindah-pindah dari satu
tempat ke tempat lain, menggembala kambing dan hidup dari hasil buruan. Meraka
juga hidup dari hasil perdagangan tradisional, yaitu mempertukarkan kulit
binatang dengan binatang yang lain, baik di antara sesama mereka maupun dengan
bangsa Turki dan Cina yang menjadi tetangga mereka. Sebagaimana umumnya bangsa
nomad, orang-orang Mongol mempunyai watak yang kasar, suka berperang, dan
berani menghadang maut dalam mencapai keinginannya. Akan tetapi, mereka sangat
patuh kepada pemimpinnya. Mereka menganut agama Syamaniah (Syamanism),
menyembah bintang-bintang, dan sujud kepada matahari yang sedang terbit.
Kemajuan bangsa Mongol secara besar-besaran teljadi pada masa kepemimpinan
Yasugi Bahadur Khan. Ia berhasil menyatukan 13 kelompok suku yang ada pada
waktu itu. Setelah Yasugi meninggal, putranya, Timujin yang masih berusia 13
tahun tampil sebagai pemimpin. Dalam waktu 30 tahun, ia berusaha memperkuat
angkatan perangnya dengan menyatukan bangsa Mongol dengan suku bangsa lain,
sehingga menjadi satu pasukan yang teratur dan tangguh. Pada tahun 1206 M, ia
mendapat gelar Jengis Khan, Raja Yang Perkasa. Ia menetapkan suatu
undang-undang yang disebutnya Alyasak atau Alyasah, untuk mengatur kehidupan
rakyatnya. Wanita mempunyai kewajiban yang sama dengan laki-laki dalam
kemiliteran. Pasukan perang dibagi dalam beberapa kelompok besar-kecil, seribu,
dua ratus, dan sepuluh orang. Tiap-tiap kelompok dipimpin oleh seorang
komandan. Dengan demikian bangsa Mongol mengalami kemajuan pesat di bidang
militer.
Setelah pasukan perangnya terorganisasi dengan baik, Jengis Khan
berusaha memperluas wilayah kekuasaan dengan melakukan penaklukan terhadap
daerah-daerah lain. Serangan panama diarahkan kc kerajaan Cina. Ia berhasil
menduduki Peking tahun 1215 M. Sasaran selanjutnya adalah negeri-negeri Islam. Pada tahun
606 H/ 1209 M, tentara Mongol keluar dari negerinya dengan tujuan Turki dan
Ferghana, kemudian, terus ke Samarkand. Pada mulanya, mereka mendapat
perlawanan berat dari penguasa Khawarizm, Sultan Ala Al-Din di Turkistan.
Pertempuran berlangsung seimbang. Karena itu, masing-masing kembali ke
negerinya“. Sekitar sepuluh tahun kemudian, mereka masuk Bukhara, Samarkand,
Khurasan, Hamadzan, Quzwain, dan sampai ke perbatasan Irak. Di Bukhara, ibu
kota Khawarizm, mereka kembali mendapat perlawanan dari Sultan Ala Al-Din,
tetapi kali ini mereka dengan mudah dapat mengalahkan pasukan Khawarizm. Sultan
Ala Al-Din tewas dalam pertempuran di Mazindaran tahun 1220 M. Ia digantikan
oleh putranya, Jalal Al-Din yang kemudian melarikan diri ke India karena
terdesak dalam pertempuran di dekat Attock tahun 1224 M. Dari sana pasukan
Mongol terus ke Azerbaijan. Di setiap daerah yang dilaluinya, pembunuhan besar-besaran
terjadi. Bangunan-bangunan indah dihancurkan, sehingga . tidak berbentuk lagi,
demikian juga isi bangunan yang sangat bernilai sejarah. Sekolah-sekolah,
masjid-masjid, dan gedunggedung lainnya dibakar.
( aila ) Pada saat
kondisi fisiknya mulai lemah, Jengis Khan membagi wilayah kekuasaannya menjadi
empat bagian kepada empat orang putranya, yaitu Juchi, Chagatai, Ogotai, dan
Tuli. Chagatai berusaha menguasai kembali daerahdaerah Islam yang pernah
ditaklukkan dan berhasil merebut Illi, Ferghana, Ray, Hamazan, dan Azerbaijan.
Sultan Khawarizm, Jalal Al-Din berusaha keras membendung serangan tentara
Mongol namun, Khawarizm tidak sekuat dulu. Kekuatannya sudah banyak terkuras
dan akhirnya terdesak. Sultan melarikan diri. Di sebuah daerah pegunungan ia
dibunuh oleh seorang Kurdi. Dengan demikian, berakhirlah kerajaan Khawarizm.
Kematian Sultan Khawarizmsyah itu membuka jalan bagi Chagatai untuk melebarkan
sayap kekuasaannya dengan lebih leluasa.Saudara Chagatai, Tuli Khan menguasai
Khurasan. Karena kerajaan-kerajaan Islam sudah terpecah belah dan kekuatannya
sudah lemah. Tuli dengan mudah dapat menguasai Irak. Ia meninggal tahun 654
H/1256 M dan digantikan oleh putranya, Hulagu Khan.
Pada
tahun 656 H/1258 M, tentara Mongol yang berkekuatan sekitar 200.000 orang tiba
di salah satu pintu Baghdad. Khalifah Al-Mu'tashim, penguasa terakhir Bani
Abbas di Baghdad (1243 1258), betul-betul tidak mampu membendung
"topan" tentara Hulagu Khan. Pada saat ktitis tersebut, wazir
khilafah Abbasiyah, Ibn Al~'Alqami ingin mengambil kesempatan dengan menipu
khalifah. Ia mengatakan kepada khalifah, "Saya telah_menemui mereka untuk
perjanjian damai. Raja (Hulagu Khan) ingin mengawinkan anak perempuannya dengan
Abu Bakr, putra khalifah. Dengan demikian, Hulagu Khan akan menjamin posisimu.
Ia tidak menginginkan sesuatn kecuali kepatuhan, sebagaimana kakek-kakekmu terhadap
sultan-sultan Seljuk.
Khalifah
menerima usul itu. Ia keluar bersama beberapa orang pengikut dengan membawa
mutiara, permata, dan hadiah-hadiah berharga lainnya untuk diserahkan kepada
Hulagu Khan. Hadiah- hadiah itu dibagi-bagikan Hulagu kepada para panglimanya. Keberangkatan
khalifah disusul oleh para pembesar istana yang terdiri dari ahli fiqih dan
orang-orang terpandang. Tetapi, sambutan Hulagu Khan sungguh di luar dugaan khalifah.
Apa yang dikatakan wazirnya ternyata tidak benar. Mereka semua, termasuk awazir
sendiri dibunuh dengan leher dipancung secara bergiliran. Dengan pembunuhan
yang kejam ini, berakhirlah kekuasaan Abbasiyah
di Baghdad. Kota Baghdad sendiri dihancurkan rata dengan tanah, sebagaimana
kota-kota lain yang dilalui tentara mongol tersebut. Walaupun sudah
dihancurkan, Hulagu Khan memantapkan kekuasaannya di Baghdad selama dua tahun,
sebelum melanjutkan gerakan ke Syria dan Mesir. Dari Baghdad, pasukan mongol menyebrangi
sungai Euphrat menuju Syria, kemudian melintasi Sinai, Mesir. Pada tahun 1260 M
mereka berhasil menduduki Nablu dan Gaza. Panglima tentara mongol, kitbugha,
mengirim utusan ke mesir, meminta supaya Sultan Qutuz yang menjadi raja
kerajaan Mamalik disana menyerah. Permintaan itu ditolak oleh Qutuz bahkan
utusan Kitbugha dibunuhnya.
Tindakan
Qutuz ini menimbulkan kemarahan dikalangan tentara mongol. Kitbugha kemudian
melintasi Yordania menuju Galilie. Pasukan ini bertemu dengan pasukan Mamalik
yang dipimpin langsung oleh Qutuz dan Baybras di ‘Ain Jalut. Pertempuran
dahsyat terjadi, pasukan Mamalik berhasil mengalahkan tentara mongol, 3
september 1260 M. Baghdad dan daerah-daerah yang ditaklukkan Hulagu selanjutnya
diperintah oleh dinasti Ilkhan.
B.
Dinasti Ilkhan
Ilkhan
adalah gelar yang diberikan kepada Hulagu.[4]Daerah
yang dikuasai dinasti ini adalah daerah yang terletak antara Asia kecil di
barat dan india, di timur, dengan ibu kotanya Tabriz. Umat islam, dengan
demikian, dipimpin oleh Hulaghu Khan, seorang raja yang beragama Syamanism.
Hulagu meninggal tahun 1265 M dan diganti oleh anaknya, Abaga ( 1265-1282 M )
yang masuk Kristen. Baru rajanya yang ketiga, Ahmad teguder ( 1282-1284 M )
yang masuk islam. Karena masuk islam, Ahmad Teguder ditantang oleh
pembebasan-pembebasan kerajaan yang lain. Akhirnya ia di tangkap dan dibunuh
oleh Argun yang kemudian menggantikannya menjadi raja ( 1284-1291 M ). Raja
dinasti ilkhan yang keempat ini sangat kejam terhadap umat islam. Banyak
diantara mereka di bunuh dan diusir.
Selain
Teguder, Mahmud Ghazan ( 1295-1304 M ), raja yang ke tujuh dan raja-raja
selanjutnya adalah pemeluk islam . dengan masuk islamnya Mahmud Ghazan
sebelumnya beragama budha, islam meraih kemenangan yang sangat besar terhadap
agama syamsisme. Sejak itu pula, orang-orang Persia mendapatkan kemerdekaannya
kembali. Berbeda dengan raja-raja sebelumnya, Ghazan mulai memeprhatikan perkembangan
peradaban. Ia seorang pelindung ilmu pengetahuan dan sastra. Ia amat gemar pada
kesenian, terutama arsitektur dan ilmu pengetahuan alam seperti astronomi,
mineralogy, metalurgi, dan botani.[5] Ia
membangun semacam biara untuk para darwis, perguruan tinggi untuk para madzhab
syafi’I dan hanafi, sebuah perpustakaan observatorium, dan gedung-gedung umum
lainnya. Ia wafat dalam usia muda , 32 tahun dan digantikan oleh Muhammad
Khudabanda Uljeitu (1304-1317 M ), seorang penganut syiah yang ekstrem. Ia
mendirikan kota raja sultaniyah dekat zanjani. Pada masa pemerintahan Abu Sa’id
(1317-1335 M ), pengganti Muhammad Khudabanda, terjadi bencana kelaparan yang
sangat menyedihkan dan angina topan dan hujan es yang mendatangkan malapetaka.
Kerajaan ilkhan yang didirikan Hulagu Khan ini terpecah belah sepeninggal Abu
Sa’id. Masing-masing pecahan saling memerangi. Akhirnya mereka ditaklukkan oleh
Timur Lenk.[6]
C.
Faktor Ekspansi Mongol ( Mustika )
Pada awal hingga pertengahan abad ke-13, bangsa Mongol di bawah
kepemimpinan Jengis Khan melakukan ekspansi besar-besaran di lebih separuh
daratan Asia dan Eropa Timur. Hampir lebih dari satu dasawarsa, Jengis Khan
bersama pasukannya menebarkan teror mengerikan. Tanpa pandang bulu, mereka
menyerbu, merusak, menghancurkan, membunuh, memperkosa wanita muda dan tua,
menjarah harta dan akhirnya pergi meninggalkan korban begitu saja.
Jengis Khan
berhasil menguasai Tiongkok, mengalahka Rusia, menghancurkan kekaisaran Persia,
mencaplok Polandia dan Hongaria, serta meluluh-lantakkan Baghdad sebagai pusat
kekhalifahan Islam pada masa itu.[7]
Ekspansi
besar-besaran oleh bangsa Mongol di mulai pada abad ke 13 di sekitar Asia dan
Eropa. Bangsa Mongol yang dipimpin oleh Genghis Khan/ Khan agung.-khan adalah sebutan untuk pemimpin-.
sejarah singkat mengenai Genghis Khan. Nama aslinya adalah Temudgin, dilahirkan
pada tahun 1162. Ia merupakan seorang anak kepala suku. suatu hari ayahnya di
bunuh oleh musuhnya dari suku lain dan Temudgin di jadikan tawanan. setelah
dewasa Temudgin berhasil melarikan diri berkat bantuan dari orang-orang yang
masih setia pada ayahnya dan ia memulai pengelanaannya. dalam kurun waktu
singkat ia berhasil mengumpulkan kekuatan dan ia menjadikan klan-nya sebagai
klan terbesar dan terkuat di Mongol. maka Temudgin di beri gelar Genghis
Khan(Khan dari segala-galanya[8]
D.
Penyebab
Ekspansi
Awalnya bangsa Mongol menyerbu Cina Utara yang dikuasai bangsa Kin. Alasan
penyerbuan cukup kuat, bangsa Kin sering menyerang Mongol (Tartar) karena
menganggap mereka bangsa biadab. Dalam serangan itu sudah banyak pemimpin
Mongol diibunuh dengan kejam. Ratusan tahun orang Mongol menyimpan dendam itu.
Dalam serbuan
yang dipimpin Jengis Khan, tentara Mongol dengan mudah dapat menundukkan Cina
Utara. Penduduk dan pemimpin mereka dibunuh kecuali orang cerdik pandai,
seniman, perajin, sastrawan, guru, ahli bahasa, rohaniawan, dokter, ahli
sejarah dan pakar strategi perang. Keberadaan mereka sangat penting untuk
melatih dan mendidik orang Mongol sehingga menjadi bangsa yang beradab.
Setelah itu
mereka ke Selatan, yaitu Tiongkok dan Beijing. Setelah menaklukan sebagian
besar wilayah bangsa tersebut, pada tahun 1214 mereka mendirikan Dinasti Yuan,
sebagai simbol keberhasilan ekspansinya menundukkan kawasan Asia Timur Laut.
Belum cukup sampai di situ, pada tahun 1219, denga angkuh Jengis Khan beserta
pasukannya melebarkan daerah jajahannya menerjang bangsa-bangsa barat Eropa.
Tepatnya ke wilayah-wilayah yang belum pernah mendengar tentang penaklukan-penaklukan
yang dilakukannya.
Dunia pun
gempar. Setelah melewati tahap-tahap penaklukan tersebut, Jengis Khan dan
pasukannya telah mencapai kekuatan tak tertandingi. Mereka berhasil menciptakan
kekaisaran berdampingan terbesar yang belum pernah disaksikan dunia. Hal inilah
yang membuatnya ditakuti di seluruh Eurasia.
Pada tahun 1277
Jengis Khan meninggal dunia, sebelum seluruh wilayah Khwarizmi dan Asia Tengah,
termasuk Afghanistan dan India Utara, berhasil ditaklukan. Dia digantikan
putranya Ogatai (1229-1241). Di bawah kepemimpinan Ogatai, pasukan Mongol
meneruskan penyerbuannya di Cina, sepenuhnya menguasai Rusia dan menyerbu maju
Eropa.
Di tahun 1241
gabungan tentara Polandia, Jerman, Hongaria sepenuhnya dipukul oleh orang-orang
Mongol yang maju pesat menuju Budapest. Tetapi, tahun itu Ogatai meninggal
dunia. Pasukan Mongol mundur dari Eropa dan tak pernah kembali lagi.
Selanjutnya, di bawah dua Khan berikutnya (Mangu Khan dan Kunilai Khan, kedua
cucu Jengis Khan), orang-orang Mongol meneruskan maju mendesak di Asia. Tahun
1279, orang-orang Mongol sudah menguasai sebuah imperium yang terluas dalam
sejarah. Penguasaan daerahnya meliputi Cina, Rusia, Asia Tengah, juga Persia
dan Asia Tenggara.
Tentaranya
melakukan gerakan maju yang penuh keberhasilan menambah daerah jajahan.
Wilayahnya membentang dari Polandia hingga belahan utara India dan kekuasaan
Kubilai Khan diakhiri di Korea, Tibet dan beberapa bagian Asia Tenggara. Suatu
imperium yang demikian luas dengan sendirinya sukar diatasi lewat sistem transportasi
yang masih primitif. Akibatnya adalah musykil memelihara keutuhan daerah
kekuasaan,sehingga pada akhirnya imperium itu terpecah belah.
Meski begitu,
kenyataan bahwa seluruh wilayah jajahan Mongol dapat ditundukkan dan dikuasai
dalam kurun waktu kurang lebih 40 tahun, adalah suatu hal yang patut menjadi
perhatian. Bagaimana pun, ini merupakan sebuah ekspansi besar yang sulit
dilakukan bagi bangsa-bangsa lain di dunia.[9]
E.
Bangsa-Bangsa
yang Berhasil Bertahan dari Ekspansi Mongol ( wapi )
1.
Kesultanan Mamluk
(Mesir) [1260 dan 1281]
Kesultanan Mamluk
adalah sebuah dinasti Muslim yang berkuasa di Mesir pada Abad Pertengahan.
Kekuasaannya meliputi seluruh Mesir, Israel, Palestina, Lebanon, Suriah, dan
Hejaz. Saat pasukan Mongol sedang gencar-gencarnya melancarkan ekspansi ke
seluruh dunia, Dinasti Mamluk baru saja berdiri setelah konflik perebutan
kekuasaan dengan Dinasti Ayyubiyah berakhir. Perang antara Mongol-Mamluk
terjadi tiga kali, yakni Pertempuran Ain Jalut dan Pertempuran Homs (I-II).
Ketiganya dimenangkan oleh pasukan Mamluk. Kekalahan melawan pasukan Mesir
merupakan kekalahan pertama yang dialami oleh pasukan Mongol.
Kemenangan pasukan Mamluk melawan Mongol tak lepas dari strategi
yang matang dari sultan Mamluk saat itu (Sultan Qutuz) dan panglima
perangnya (Jenderal Baybars). Beberapa tahun sebelum Pertempuran Ain
Jalut, Sultan Qutuz menghukum mati para utusan Mongol yang dikirim oleh Hulagu
Khan, gubernur Mongol di Ilkhanat (Persia). Qutuz kemudian mengirim
mata-mata ke Baghdad, pusat pemerintahan orang Mongol di Timur Tengah untuk
mengawasi pergerakan pasukan Mongol. Kota tua Baghdad telah diambil alih oleh
Kekaisaran Mongol yang menaklukkannya pada tahun 1258. Kala itu, kota tersebut
merupakan pertahanan terakhir dari Kekhalifahan Abbasiyah. Jatuhnya
Baghdad menjadi pertanda runtuhnya Kekhalifahan Islam tersebut, dan sejak saat
itu Dunia Islam mengalami masa kegelapan. Pertempuran
pertama antara pasukan Mongol-Mamluk terjadi pada tahun 1260 di Ain Jalut,
Palestina. Pasukan Mesir pimpinan Jenderal Baybars berjalan melewati Yerusalem
dan Tripoli, kota-kota suci yang saat itu telah dikuasai oleh para crusaders, pejuang-pejuang
Kristen Eropa sejak masa Perang Salib (1095-1291). Para pejuang salib
memperbolehkan pasukan Muslim Mesir untuk melewati wilayah mereka karena
memandang Kekaisaran Mongolia sebagai ancaman yang lebih besar daripada
orang-orang Muslim. Untuk sejenak, negara-negara Muslim dan Kristen yang
berseteru dalam Perang Salib pun berdamai. Sesampainya di
Ain Jalut, pasukan Mesir berhadapan dengan pasukan Mongol pimpinan Jenderal
Kitbuqa. Medan tempur yang berupa gurun masih merupakan hal baru bagi
kavaleri Mongol sehingga mereka masih kesulitan bergerak, sementara pasukan
Mamluk yang telah terbiasa dengan mudah menandingi kuda-kuda Mongol. Dalam
perang ini, Sultan Qutuz menggunakan taktik 'serang-dan-lari' dengan
menggunakan satu pasukan kecil yang dipimpin Baybars untuk memancing pasukan
Mongol ke tempat persembunyian pasukan Mamluk yang lebih besar di dataran
tinggi. Pasukan Mongol yang kehilangan banyak pasukan, termasuk Jenderal
Kitbuqa yang turut terbunuh, akhirnya mundur kembali ke Baghdad. Dalam beberapa
tahun ke depan, mereka kembali melancarkan serangan ke Mesir, namun akhirnya
tetap tak dapat menaklukkan Kesultanan Mamluk.
2. Keshogunan Kamakura (Jepang) [1274 dan 1281]
2. Keshogunan Kamakura (Jepang) [1274 dan 1281]
Keshogunan Kamakura
adalah sebuah pemerintahan militer yang berkuasa di Jepang dari tahun
1185-1333, dengan shogun (penguasa) pertamanya adalah Minamoto
no Yoritomo. Wilayahnya meliputi seluruh Jepang modern minus Hokkaido dan
Ryukyu (Okinawa). Sebelum melancarkan serangan ke Jepang, pasukan Mongol
terlebih dahulu menundukkan Kerajaan Goryeo (Korea) pada 1259 dan menyerang
penduduk Ainu di pulau Sakhalin, Rusia. Invasi militer Mongol terhadap Jepang
terjadi dua kali, yakni pada tahun 1274 dan 1281, semuanya dibawah perintah Kublai
Khan, Kaisar Agung Yuan. Namun, keduanya mengalami kegagalan akibat
kekurangan pasukan. Pada pertempuran pertama di Teluk Hakata, sebagian
besar pasukan Mongol tewas saat kapal mereka tenggelam setelah terhantam topan
badai dalam penyeberangan mereka dari Korea, termasuk bantuan sejumlah 60.000
pasukan.
Meski begitu, pasukan Mongol yang dibantu pasukan Korea sempat
menang dalam pertempuran-pertempuran awal di pulau-pulau kecil di Selat Korea.
Sementara di Honshu dan Kyushu, pertempuran antara pasukan Mongol-Korea dengan
para samurai Kamakura berlangsung sengit. Para samurai yang mengandalkan pedang
harus bertahan sekuat tenaga melawan pasukan Mongol yang bersenjatakan panah
ledak, granat, dan meriam tangan. Namun mereka akhirnya dapat memukul mundur
pasukan Mongol setelah datang lebih banyak bantuan. Pasukan Mongol yang
kewalahan pun mundur ke kapal mereka dan langsung angkat sauh di tengah badai.
Badai yang semakin dahsyat menghancurkan armada Mongol, ada sekitar 200 kapal
yang tenggelam di perjalanan. Kapal-kapal Mongol yang besar berlayar dengan
lambat, sementara para samurai mengejar dengan perahu-perahu kecil yang lebih
cepat dan dengan segera menaiki kapal-kapal Mongol. Pertempuran kembali
terjadi. Para samurai menyerang dengan ganas sementara prajurit Mongol yang
kesulitan menggunakan panah mereka banyak yang tewas. Armada Mongol pun hancur
di tengah laut. Tujuh tahun kemudian, Kublai Khan kembali mengirim ekspedisi ke
Jepang, namun ekspedisi ini juga mengalami kegagalan dengan sebab yang sama
dengan penyerangan pertama.
3. Kerajaan Dai
Viet dan Champa (Vietnam) [1258, 1285, dan 1287-1288]
Di Abad Pertengahan, Vietnam terbagi menjadi dua kerajaan besar
yang saling berseteru, yakni Dai Viet di utara dan Champa di
selatan. Pasukan Mongol dibawah Dinasti Yuan melancarkan 3 kali
penyerangan ke kedua kerajaan tersebut. Namun, dalam perkembangannya pasukan
Mongol mengalami banyak kendala. Serangan Mongol membuat Dai Viet dan Champa
yang telah berseteru selama ratusan tahun setuju untuk bersatu menghadang
invasi tersebut. Geografi Vietnam adalah hutan tropis yang bertanah lembap dan
dikelilingi sungai-sungai besar. Akibat medan yang sulit tersebut, kavaleri
Mongol mengalami kesulitan untuk bergerak, sementara pasukan lokal Dai
Viet-Champa yang telah berpengalaman melancarkan serangan dengan taktik
gerilya. Kaisar Kublai Khan pertama-tama
mengirim utusan kepada Dai Viet pada 1254 untuk meminta izin agar pasukannya
diperbolehkan melewati wilayah kerajaan tersebut untuk menyerang Kekaisaran
Sung, yang kala itu merupakan negara merdeka terakhir di Cina yang belum
tunduk pada Mongolia. Sebelumnya,
pasukan Mongol telah menaklukkan Kerajaan Dali di Yunan pada tahun
1253. Permintaan Kublai Khan ditolak oleh Kaisar Tran, penguasa Dai Viet kala
itu. Ia beranggapan bahwa jika pasukan Mongol berhasil menaklukkan Sung, maka
setelah itu pasti negaranya yang menjadi sasaran penaklukan Mongol selanjutnya.
Jawaban Kaisar Tran pun memancing amarah Kublai Khan, yang memerintahkan Jenderal
Uriyangkhadai untuk memimpin invasi terhadap Vietnam pada tahun
1257.
Dalam 3 kali peperangan (tahun 1257, 1285, dan 1287), pasukan Mongol mengalami kekalahan besar. Dibawah pimpinan Jenderal Tran Hung Dạo, salah seorang pangeran Vietnam, pasukan aliansi Dai Viet-Champa berkali-kali berperang dan sukses memukul mundur gempuran pasukan Mongol. Selain korban dalam pertempuran darat biasa, banyak prajurit Mongol yang tewas tenggelam saat armada mereka melintasi sungai Mekong dan Chao Phraya, akibat termakan jebakan dari pasukan Dai Viet-Champa. Di lain pihak, kedua kerajaan Vietnam ternyata juga banyak kehilangan pasukan. Pada akhirnya, baik Dai Viet maupun Champa memutuskan untuk tunduk pada Dinasti Yuan demi mencegah konflik berkepanjangan. Namun, hubungan ini tak berlangsung lama. Karena setelah Kublai Khan meninggal dunia, Dai Viet dan Champa sama-sama melepaskan diri dari hegemoni Mongol dan kembali menjadi negara independen.
4. Kerajaan Majapahit (Indonesia) [1293]
Dalam 3 kali peperangan (tahun 1257, 1285, dan 1287), pasukan Mongol mengalami kekalahan besar. Dibawah pimpinan Jenderal Tran Hung Dạo, salah seorang pangeran Vietnam, pasukan aliansi Dai Viet-Champa berkali-kali berperang dan sukses memukul mundur gempuran pasukan Mongol. Selain korban dalam pertempuran darat biasa, banyak prajurit Mongol yang tewas tenggelam saat armada mereka melintasi sungai Mekong dan Chao Phraya, akibat termakan jebakan dari pasukan Dai Viet-Champa. Di lain pihak, kedua kerajaan Vietnam ternyata juga banyak kehilangan pasukan. Pada akhirnya, baik Dai Viet maupun Champa memutuskan untuk tunduk pada Dinasti Yuan demi mencegah konflik berkepanjangan. Namun, hubungan ini tak berlangsung lama. Karena setelah Kublai Khan meninggal dunia, Dai Viet dan Champa sama-sama melepaskan diri dari hegemoni Mongol dan kembali menjadi negara independen.
4. Kerajaan Majapahit (Indonesia) [1293]
Di masa pemerintahan Prabu Kertanegara, Kemaharajaan
Singhasari mengalami masa kejayaannya dan menjadi negeri yang subur dan
makmur. Mendengar kabar bahwa Kekaisaran Mongol sedang gencar melancarkan
ekspansi ke seluruh Eurasia, sang Prabu melancarkan ekspedisi ke Sumatra dan
Malaya untuk menjalankan aliansi dengan Kemaharajaan Dharmasraya yang
berpusat di Jambi. Kertanegara bahkan tak segan-segan memaksa mereka dengan
kekerasan apabila menolak ajakannya. Ekspedisi yang kemudian dikenal dengan
Pamalayu dan berlangsung dari tahun 1275-1284 ini akhirnya sukses menjadikan
Singhasari sebagai penguasa tertinggi di Tanah Melayu. Sementara
itu, Kublai Khan mengirim utusan yang memaksa Singhasari agar tunduk pada
Mongol. Kertanegara dengan tegas menolaknya dan memotong telinga salah satu
utusan itu dan bahkan menantang Kublai Khan. Sang Khan yang tersinggung pun
sangat marah dan segera mengirim ekspedisi sejumlah 1000 kapal ke Jawa. Namun,
hampir sama seperti di Jepang, banyak kapal Mongol yang tenggelam di perjalanan
akibat badai. Hingga akhirnya mereka memasuki Nusantara dan mendarat di pulau
Bangka untuk beristirahat selama beberapa bulan. Dari Bangka, armada Mongol berlabuh dan
mendarat di Karimunjawa. Dari sana, mereka mengirim utusan ke Jawa, yang
kemudian mengirim kabar bahwa Jawa telah mengalami perpindahan kekuasaan dari
Singhasari ke Kediri yang memberontak. Kertanegara telah tewas di tangan
Jayakatwang, adipati Kediri. Pasukan Mongol kemudian bekerja sama dengan
Raden Wijaya, menantu dari Kertanegara yang dendam pada Jayakatwang dan
mengaku sebagai penguasa Jawa yang sah. Setelah mendirikan markas di Ujunggaluh
(Surabaya), para Jenderal Mongol pun pergi ke desa Majapahit untuk berunding
dengan Wijaya, yang mengatakan bahwa ia bersedia menjadi bawahan Yuan, namun
setelah orang-orang Mongol membantunya mengalahkan Jayakatwang. Pasukan Mongol pun berperang dengan Kediri, dibantu oleh Wijaya dan
pengikutnya dari Majapahit yang setia pada Singhasari dan anti-Kediri.
Pasukan gabungan Mongol-Majapahit pun berhasil menghancurkan Kediri.
Namun, Wijaya yang ingin menjadi raja dan tak sudi menjadi bawahan Mongol
lalu memberontak dan menyerang pasukan Mongol saat mereka tengah lengah.
Prajurit Majapahit berhasil membuat pasukan Mongol kocar-kacir, mereka
kehilangan sekitar 3000 prajurit. Pada akhirnya, pasukan Mongol yang kewalahan
terpaksa mundur ke kapal dan angkat sauh, kembali ke Beijing. Sementara itu,
Wijaya dinobatkan menjadi raja Jawa, menandai lahirnya sebuah imperium baru, Kerajaan
Majapahit. Dalam perkembangannya, Majapahit memperluas kekuasaannya hingga
sebagian besar Nusantara dan menjadi salah satu penguasa lokal terbesar di Asia
Tenggara sebelum kedatangan bangsa Eropa.
5. Kesultanan Delhi (India) [1221-1327]
Ekspedisi Mongol ke India telah terjadi sejak masa pemerintahan
Genghis Khan. Dimulai dari pengejaran Sultan Jalal ad-Din penguasa
Kesultanan Khwarezmia yang baru saja dihancurkan pasukan Mongol yang
melarikan diri dari Samarkand ke India. Pengejaran sampai ke negeri Sindhu
(Indus), dimana terjadi pertempuran yang berhasil dimenangkan pihak Mongol.
Kemudian, pada tahun 1235 pasukan Mongol menginvasi daerah Kashmir di utara
India lalu menyerang Peshawar dan Lahore. Namun mereka belum benar-benar
mengalami kontak dengan Kesultanan Delhi. Konflik
sebenarnya antara Mongol-Delhi baru dimulai pada tahun 1260an, setelah
Kekaisaran Mongol terpecah menjadi empat akibat perang sipil. Saat itu, Khanat
Chagatai, salah satu pecahan Mongol yang menguasai Asia Tengah hendak
memperluas kekuasaannya hingga India. Pada saat yang sama, Kesultanan Delhi
dibawah pemerintahan Dinasti Khilji juga sedang melancarkan ekspedisi
penaklukkan di negeri-negeri sekitarnya. Pasukan Mongol dibawah perintah Duwa
Khan awalnya menginvasi Afghanistan, kemudian menyerang Punjab. Di sini,
mereka bertemu dan bertempur dengan pasukan Delhi, namun mengalami kekalahan.
Sultan Delhi kemudian menangkap sekitar 4000 prajurit Mongol dan dibawa ke Delhi.
Mereka lalu memeluk Islam dan diberikan sebuah permukiman yang bernama Mughalpura
("Kota Mongol").
Pasukan Mongol terus melancarkan serangan ke Delhi hingga 40an
tahun berikutnya, namun selalu mengalami kegagalan. Pasukan Delhi dibawah
pimpinan Sultan Alauddin Khilji dan Jenderal Zafar Khan terbukti
mampu mengimbangi kekuatan Mongol. Pasukan Mongol kembali menyerang India
setelah Kesultanan Delhi berganti penguasa, Dinasti Tughluq. Perang
besar terjadi pada 1327 dimana pasukan Mongol mampu mengimbangi kekuatan Delhi.
Namun, pada akhirnya mereka tetap mengalami kekalahan. Dalam waktu-waktu
berikutnya, Mongol berhenti melancarkan serangan ke India. Justru, Kesultanan
Delhi menjalin hubungan dengan dua negara pecahan Mongol, Dinasti Yuan di
Tiongkok dan Ilkhanat di Persia. Sementara Khanat Chagatai sendiri mengalami
perang saudara dan terpecah menjadi beberapa negara bagian.
Bangsa Mongol baru benar-benar bisa menguasai jazirah India pada
tahun 1600an, dibawah Dinasti Timur yang kemudian dilanjutkan oleh Dinasti
Mughal. Dinasti Mughal inilah yang membawa India pada masa keemasaannya,
dan merupakan penguasa lokal terbesar yang bertahan, sebelum akhirnya kerajaan
besar tersebut runtuh pada awal abad ke-18, dan pusat kekuasaannya menjadi
perebutan tiga imperium besar Asia: Kekaisaran Maratha dari
Maharashtra, Kekaisaran Afshariyah dari Persia, dan Kekaisaran
Durrani dari Afghanistan. Dinasti Mughal akhirnya benar-benar musnah
setelah India jatuh ke tangan Kekaisaran Inggris pada abad ke-19,
satu-satunya imperium manusia yang mengungguli bangsa Mongol dalam hal luas
wilayah kekuasaan.[10]
BAB III
KESIMPULAN
Penyebab runtuhnya Dinasti Abbasiyah
adalah karena Al-Amin berusaha mengkhianati hak adiknya dan menunjuk anak
laki-lakinya sebagai penggantinya kelak sehingga terjadi perang sipil. Namun
Al-Amin didukung oleh militer Abbasiyah di Baghdad, sementara Al-Ma’mun harus
berjuang untuk memerdekakan Khurasan dalam rangka untuk mendapatkan dukungan
dari pasukan perang Khurasan dan peperangan sengit tersebut tidak hanya
melemahkan kekuatan militer Abbasiyah melainkan juga melemahkan warga Irak dan
sejumlah provinsi.
Ekspansi besar-besaran oleh bangsa Mongol di mulai pada abad ke 13 di
sekitar Asia dan Eropa. Bangsa Mongol yang dipimpin oleh Genghis Khan/ Khan agung. Ekspansi ini terjadi karena pada awalnya bangsa Mongol menyerbu Cina Utara yang dikuasai bangsa Kin. Alasan
penyerbuan cukup kuat, bangsa Kin sering menyerang Mongol (Tartar) karena
menganggap mereka bangsa biadab. Dalam serangan itu sudah banyak pemimpin
Mongol diibunuh dengan kejam. Ratusan tahun orang Mongol menyimpan dendam itu.
Referensi
1.
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, Jakarta : PT
RajaGrafindo.
2.
Syukur F, sejarah bperadaban islam, Semarang : PT Pustaka
Rizki Putra.
3.
Ahmas Syalabi, Mausu’ah al-Tarikh al-Islam wa al-Hadharah
al-islamiyah, Juz VII, ( Kairo: Maktabah Al-Nahdhah Al-Mishariyah, 1979 ).
4.
Harun Nasution, Islam Di Tinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid
1, ( Jakarta:UI Press, 1985, Cetakan kelima ).
5.
Hassan Ibrahim Hassan, Sejarah dan Peradaban Islam, ( Yogyakarta:
kota Kembang, 1989 )
6.
Jurnal Khatulistiwa – Journal of Islamic Studies,
Serangan Mongol dan Timur Lenk Serta Dampaknya Terhadap Dakwah Islamiyah Di
Dinasti Abbasiyah
7.
mthariqal.blogspot.com/2017/10/ekspansi-mongol
8.
1902miner.wordpress.com/2011/10/11/expansi-bangsa-mongol
alanqasaharca.blogspot.com/2016/10/bangsa-bangsa-y
[1] Ira
M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, Jakarta : PT RajaGrafindo, hal.
193-194
[2] Syukur
F, sejarah bperadaban islam, Semarang : PT Pustaka Rizki Putra, hal. 181
[3]
Ahmas Syalabi, Mausu’ah al-Tarikh al-Islam wa al-Hadharah al-islamiyah, Juz
VII, ( Kairo: Maktabah Al-Nahdhah Al-Mishariyah, 1979 ), hlm. 745.
[4]
Harun Nasution, Islam Di Tinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid 1, (
Jakarta:UI Press, 1985, Cetakan kelima ), hlm. 80
[5]
Hassan Ibrahim Hassan, Sejarah dan
Peradaban Islam, ( Yogyakarta: kota Kembang, 1989 ), hlm. 307.
[6] Ibid.,
hlm. 312
[7] mthariqal.blogspot.com/2017/10/ekspansi-mongol
[8] 1902miner.wordpress.com/2011/10/11/expansi-bangsa-mongol
[9]mthariqal.blogspot.com/2017/10/ekspansi-mongol
[10]alanqasaharca.blogspot.com/2016/10/bangsa-bangsa-yang-berhasil-bertahan.
Komentar
Posting Komentar